Burkini semakin dicari warga Prancis meski penggunaannya dilarang


Burkini atau pakaian renang untuk wanita muslim, dilarang penggunaannya oleh pemerintah Prancis. Namun, pakaian renang tertutup tersebut malah kini laris manis di Negeri Menara Eiffel tersebut.

Seorang penjual Burkini online yang situsnya diberi nama Ahiida, mengatakan kliennya kebanyakan para non-muslim. Aheda Zanetti, penjual tersebut, mengungkapkan setidaknya lebih dari 40 persen pembelinya bukan muslimah.

Dalam situs Indy1o0, Rabu (24/8), Aheda yang lahir di Libanon menjelaskan burkini tidak hanya dikhususkan bagi perempuan yang beragama Islam.

"Setidaknya lebih dari 40 persen klien saya bukanlah seorang muslim, dan saya sudah menjual burkini untuk waktu yang cukup lama," ujarnya.


Perempuan 38 tahun yang menetap di Australia itu mengatakan, sudah delapan tahun berjualan burkini dan telah menjual ribuan pakaian renang itu ke seluruh dunia, salah satunya ke Prancis.

"Burkini bukanlah sebuah pakaian renang yang ditujukan khusus untuk muslimah. Bukan sebuah simbol untuk muslim juga hanya karena ada penutup kepala. Saya membuat burkini disesuaikan dengan budaya Australia dan gaya hidup masyarakat di sana," ucap Aheda.

"Burkini bisa dipakai semua orang tanpa peduli ras, agama, bentuk tubuh, warna kulit, dan apa pun alasannya. Perempuan bisa menentukan pilihannya sendiri, baju yang akan mereka lakukan," lanjut dia.

Pemerintah Prancis pekan lalu melarang penggunaan burkini saat berenang di pantai maupun kolam renang. Alasannya adalah burkini tidak seusai dengan budaya Prancis yang dinamis dan terbuka.

No comments:

Powered by Blogger.