Dilarang pemerintah China, peminum air kencing justru bertambah


Pemerintah China sejak 2014 melarang praktik terapi kesehatan dengan cara meminum air kencing. Terapi semacam itu dianggap tidak ilmiah serta merugikan orang-orang. Nyatanya imbauan itu dianggap angin lalu.

Stasiun televisi CCTV News melaporkan, Kamis (18/8), jumlah anggota Asosiasi Terapi Urin China (CUTA) justru bertambah drastis dua tahun terakhir. Lebih dari 4 ribu orang bergabung dengan tujuan meminum air kencing sendiri demi mengobati penyakit dan menjaga pola hidup sehat. Padahal sebelum dilarang, anggota organisasi ekstrem ini paling banter sedikit di atas seribu orang.

"Saya tertarik menjadi pengikut terapi urin karena merasakan manfaatnya," kata Liu Zhaoxiang, salah satu anggota CUTA. Dia mengaku tidak tahu terapi urin dilarang pemerintah. Beberapa bulan ini, dia melakukan terapi ekstrem. Saban hari Liu hanya minum satu gelas jus mangga. Selebihnya, semua cairan yang dia minum adalah air kencing.

Pemerintah Negeri Tirai Bambu itu juga kelabakan memantau, sebab CUTA sangat aktif merekrut anggota baru. Mereka menyebar pesan pentingnya minum air kencing lewat Whatsapp, jejaring sosial, serta blog.

CUTA mengklaim berpusat di Hong Kong, namun sekarang kantor mereka berpindah-pindah untuk menghindari kejaran pemerintah Beijing. Sang pemimpinnya, Bao Yafu, meyakini air kencing manusia adalah obat bagi segala penyakit. Tidak cuma meminum kencing, dia mengimbau anggota CUTA agar cuci muka atau membasuh mata pakai urin.

"Kami tidak peduli jika dianggap ilegal, itu urusan pemerintah. Nyatanya masyarakat percaya pada pesan yang kami sampaikan," kata Yafu beberapa waktu lalu seperti dikutip South China Morning Post.

Pakar kesehatan menyatakan segala jenis teori membenarkan terapi urin sebagai pseudoilmiah, alias abal-abal. Air seni terdiri dari 95 persen air, ditambah 5 persen sisa nutrisi dan mineral yang belum terserap tubuh. Ada sebagian kecil pula racun. Walau aman jika diminum lagi, namun air kencing sama sekali tidak punya faedah bagi kesehatan manusia.

No comments:

Powered by Blogger.